TIMES JATIM, BANYUWANGI – Melalui pengembangan ternak sapi perah yang semakin pesat, Kabupaten Banyuwangi berhasil menghasilkan hingga 367 ton susu setiap bulannya, sebuah pencapaian yang menunjukkan potensi besar dalam sektor agribisnis.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Banyuwangi, jumlah produksi susu dari peternakan sapi perah di wilayah ini mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
Banyuwangi kini menjadi salah satu daerah penghasil susu yang patut dilirik, dengan lebih dari 2258 ekor sapi perah yang tersebar di beberapa kecamatan. Mereka tidak hanya memasok susu untuk konsumsi lokal, tetapi juga untuk kebutuhan di luar Banyuwangi.
“Meskipun Banyuwangi bukan sentranya sapi perah di Jawa Timur, tetapi kita juga punya potensi-potensi sapi perah yang diantaranya ada di wilayah Kecamatan Licin, Genteng, Tegaldlimo, Purwoharjo, dan Pesanggaran,” kata Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dispertan Banyuwangi, drh. Nanang Sugiharto, Rabu (13/11/2024).
Meskipun populasinya tidak banyak, Nanang mengungkapkan hasil produksi susu lokal bisa mensuplai untuk konsumsi lokal Banyuwangi maupun di luar Kabupaten Banyuwangi.
“Kebutuhan susu sapi kedepannya pasti akan meningkat mengingat program Presiden dan Wakil Presiden tentang makanan bergizi yang segera dilaksanakan,” ungkapnya.
Hampir sepertiga, masih Nanang, dari produksi Banyuwangi dikirim untuk kebutuhan wilayah Bali dan sisa lainnya untuk konsumsi lokal.
“Karena Bali mungkin kebutuhan untuk kafe, kebutuhan hotel dan sebagainya, semuanya hampir mengambilnya dari Banyuwangi. Nah ini potensi yang harus kita lirik,” ucapnya.
Meskipun akhir-akhir ini marak berita adanya pembatasan susu masuk di Industri Pengolahan Susu (IPS), tetapi produk susu Banyuwangi dinilai masih stabil dari segi penjualan karena memiliki pangsa pasar yang berbeda.
“Tetapi tetap menjadi catatan penting bagi kita. Artinya pemerintah harus selalu hadir bagaimana meningkatkan kualitas dari susu tersebut. Misalkan total solidnya, proteinnya, lemaknya dan tentunya pencemaran bakterinya juga harus lebih rendah,” paparnya.
Lebih lanjut, untuk harga susu sapi perah di Banyuwangi tergolong masih sangat stabil meskipun juga bervariatif tergantung bagaimana kesepakatan antara penjual dan pembelinya.
“Rata-rata di Banyuwangi harga susu sapi antara Rp 10 ribu sampai Rp 12 ribu per liter, sedangkan susu kambing antara Rp 15 ribu sampai Rp 17 ribu,” cetusnya.
“Untuk kirim di luar wilayah Banyuwangi dibanderol antara Rp 12 ribu sampai Rp 15 ribu per liter. Memang ada biaya yang harus dikeluarkan untuk pengiriman dari Banyuwangi ke Bali,” imbuhnya.
Dengan semua pencapaian tersebut, potensi ternak sapi perah di Banyuwangi diperkirakan akan terus berkembang. Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan industri ini.
“Susu sapi menjadi peluang usaha yang sebenarnya menjanjikan. Dengan sinergi 3 pilar antara peternak, konsumen atau IPS, dan pemerintah diharapkan dapat menghasilkan susu sapi yang berkualitas tinggi dan dapat diterima di tingkat IPS dan konsumen luas,” tutupnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Potensi Ternak Sapi Perah di Banyuwangi Menjanjikan, Hasilkan 367 Ton Susu per Bulan
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |