TIMES JATIM, JAKARTA – Anggota Komite Eksekutif Majelis Hukama Muslimin, Muhammad Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan dalam konteks toleransi, sangat penting membangun budaya damai.
“Membangun budaya damai itu tidak bisa dilakukan dengan memelihara eksklusivitas, tapi harus membuka ruang dialog,” ucap TGB dalam kegiatan Media Gathering yang digelar Majelis Hukama Muslimin cabang Indonesia, Senin (11/11/2024).
TGB menjelaskan, salah satu cara membangun budaya damai seperti yang tercermin dari penandatanganan dokumen persaudaraan manusia antara Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb dan Paus Fransiskus pada 4 Februari 2019 lalu.
“Itu dokumen paling kuat antara tokoh tertinggi dunia muslim dan tertinggi di dunia katolik yang menunjukkan komitmen bertoleransi, bekerja sama, bukan untuk kepentingan umatnya masing-masing saja, tapi untuk umat manusia,” jelasnya.
Menurut TGB, toleransi itu tidak terbatas saling menghormati, tapi juga bekerja sama dalam isu konkrit terkait umat manusia. “Majelis Hukama Muslimin fokus terhadap isu perubahan iklim,” ujarnya.
TGB menjelaskan, Majelis Hukama Muslimin membicarakan masalah pemanasan global karena hal ini menjadi bagian dari upaya Majelis Hukama Muslimin untuk mencegah terjadinya konflik.
“Sebab, lawan dari damai adalah konflik. Salah satu sumber konflik masyarakat global ke depan adalah ekses dari pemanasan global,” ujarnya.
“Pemanasan global berdampak pada naiknya air laut, mengancam masyarakat pesisir yang juga adalah kelompok marginal. Pemanasan global juga mengancam rantai pasokan pangan dan bisa menyebabkan penyakit yang tidak diketahui sebelumnya. Permasalahan global pada akhirnya akan menciptakan renteten dari konflik,” sambungnya.
Majelis Hukama Muslimin, lanjut TGB, ikut berupaya membahas masalah pemanasan global karena ini tidak hanya menjadi tantangan ahli saintis, tapi juga ahli agama untuk menerjemahkan pesan-pesan agama.
Sejumlah upaya telah diinisiasi MHM, antara lain menghadirkan Paviliun Iman pada COP28 di Abu Dhabi dan COP29 di Azerbaijan. Paviliun Iman ini menjadi platform bagi para tokoh agama untuk bertemu dengan para penentu kebijakan dunia dan berdialog hingga timbul kesepahaman bersama tentang masalah aksi iklim.
“Kita bersykur dalam kasus perubahan iklim, agama, sains, opini publik mengarah pada arah yang sama bahwa ini harus segera ditangani dengan sungguh-sungguh,” tegasnya.
Sekjen Majelis Hukama Muslimin Konselor Mohamed Abdelsalam, kata TGB, dalam pertemuan para tokoh agama dunia di Baku, menyampaikan pandangan sangat lugas kepada pemimpin dunia, bahwa aksi iklim bukan pilihan, tapi keharusan absolut untuk mesa depan dunia. Pesan seperti ini sering disampaikan jajaran pimpinan Majelis Hukama Muslimin kepada pemimpin dunia dalam setiap pertemuan.
“Majelis Hukama Muslimin terus menjalin komunikasi dengan para penentu kebijakan terkait toleransi dan aksi iklim. Sekjen PBB sangat apresiatif. Bahkan, hari penandatanganan dokumen persaudaraan ditetapkan sebagai Hari Persaudaraan Manusia Internasional,” sebutnya.
“Majelis Hukama Muslimin juga terus menghimpun para tokoh penyintas agama, termasuk tokoh agama lokal. Dalam tataran ini Majelis Hukama Muslimin bekerja, termasuk di Indonesia,” tandasnya. (*)
Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
Editor | : Imadudin Muhammad |