TIMES JATIM, BLITAR – Pemkab Blitar kembali menggelar acara budaya tahunan, Siraman Gong Kiai Pradah, di Alun-Alun Lodoyo, Sutojayan, Kabupaten Blitar.

Acara ini digelar setiap tahun bertepatan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, sebagai upaya melestarikan tradisi budaya daerah. Ribuan warga hadir untuk menyaksikan prosesi siraman ini, yang dipercaya membawa berkah.

Siraman Gong Kiai Pradah dimulai dengan kirab dari tempat penyimpanan menuju pendopo, kemudian gong dibawa ke panggung khusus untuk dibersihkan dengan air kembang, sebelum ditutup kembali dengan kain putih. Tradisi ini telah menjadi simbol budaya masyarakat Blitar dan berlangsung dengan penuh khidmat.

Bupati Blitar, Rini Syarifah, mengungkapkan kekagumannya terhadap antusiasme masyarakat yang datang. Menurutnya, tradisi ini tidak hanya penting untuk melestarikan warisan budaya lokal, tetapi juga memiliki pesan mendalam bagi generasi muda untuk tetap peduli dengan sejarah dan budaya Kabupaten Blitar.

"Tradisi ini harus terus dilestarikan. Selain melestarikan sejarah, acara seperti ini juga mengangkat perekonomian masyarakat, terutama bagi pedagang kaki lima dan UMKM," ujar Bupati yang akrab disapa Mak Rini.

Selain itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blitar, Suhendro Winarso, menegaskan bahwa Siraman Gong Kiai Pradah telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) sejak 2017. Tradisi ini tidak hanya menarik wisatawan lokal, tetapi juga membantu meningkatkan perekonomian warga melalui pergerakan sektor pariwisata dan usaha kecil.

"Acara ini bukan hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar," tutup Suhendro.

Dengan acara ini, Pemkab Blitar tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga memperkuat sektor ekonomi dan pariwisata daerah. (*)