TIMES JATIM, LAMONGAN – Sebanyak ratusan Tenaga Kerja Asing (TKA) kini aktif berkontribusi di 20 perusahaan yang tersebar di Kabupaten Lamongan. Langkah ini menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor-sektor tertentu yang memerlukan keahlian spesifik.
Dua puluh perusahaan tersebut, antara lain PT. Shoetown Mustika Indonesia, PT. Dok Pantai Lamongan, PT. Berondong Inti Perkasa, PT. Buildyet Indonesia, PT. Dewata Industrindo, PT. Thaiunion Kharisma Lestari, PT. Dowaeco System Indonesia dan PT. Bela Krosea Nusantara.
Kemudian, PT. QL Hasil Laut, PT. Eastern Logistics, PT. Quality Works, PT. Shoufong Lastindo, PT. Hanjaya Perkasa, PT. Yuanfeng Indonesi, PT. Mahan Indah Global, PT. Surya Pesona Kayu Nusantara, PT. Kebun Tebu Mas, PT. Hatni, PT. Sekar Golden Harvesta dan PT. Superior Prima Sukses.
Kepala Disnaker Lamongan, Mokhammad Zamroni, menyatakan telah melaksanakan monev (monitoring dan evaluasi) dengan tujuan untuk memastikan keberadaan TKA sesuai aturan serta memberikan manfaat maksimal bagi perkembangan industri di Lamongan.
“Dari 20 perusahaan yang ada, kami mencatat ada 170 TKA yang bekerja sebagai tenaga ahli. Keahlian mereka sangat dibutuhkan di atas pekerja lokal. Dan kami memastikan semua TKA yang hadir di Lamongan telah terdata resmi di Disnaker serta memenuhi kewajiban, termasuk retribusi TKA,” ujar Zamroni, Jumat (15/11/2024).
Zamroni mengungkapkan, PT Superior Prima Sukses dan PT Shoufong Lastindo menjadi dua perusahaan dengan jumlah TKA terbanyak.
"PT Shoufong Lastindo bergerak di sektor pembuatan alas sepatu. TKA mereka ahli untuk meningkatkan kualitas produk. Sementara proses akhir produksinya dilakukan di Bojonegoro," katanya.
Sebagian besar TKA di Lamongan berasal dari Taiwan, mengingat beberapa perusahaan di sektor manufaktur sepatu sedang dalam proses akuisisi dengan perusahaan digital.
“Ini membuka peluang besar untuk transfer teknologi dan keahlian kepada pekerja lokal,” ucapnya.
Menariknya, seluruh posisi manajerial, seperti HRD, masih diisi oleh pekerja lokal Lamongan. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk memberdayakan masyarakat sekitar.
"TKA hanya ditempatkan pada posisi tenaga ahli yang memiliki spesifikasi teknis tinggi," katanya.
Disnaker juga menerima beberapa laporan dari perusahaan terkait kebutuhan penerjemah yang fasih berkomunikasi secara aktif dengan TKA.
"Kebutuhan ini muncul seiring dengan peningkatan kolaborasi antara pekerja lokal dan asing," ujarnya.
Tak hanya meningkatkan kompetensi industri, keberadaan TKA juga memberikan kontribusi langsung pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pada tahun 2024, Lamongan menargetkan pendapatan retribusi TKA sebesar Rp810 juta, yang hampir seluruhnya telah tercapai hingga November ini.
“Ini menjadi bukti bahwa pengelolaan TKA di Lamongan berjalan optimal, baik dari sisi regulasi maupun dampaknya terhadap perekonomian daerah,” ujar Zamroni, Kepala Disnaker Lamongan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ratusan TKA yang Bekerja di Lamongan Telah Terdata Resmi di Disnaker
Pewarta | : Moch Nuril Huda |
Editor | : Deasy Mayasari |